- Berikut komitmen Iblis, bapak moyangnya syetan untuk menyesatkan seluruh anak keturunan Adam, berikut pengakuan akan ketidak berdayaannya terhadap hamba2 Allah yg Ikhlas.
Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka (manusia) memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya" (Al-Hijr: 39),
إِلا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ
"kecuali hamba-hamba Engkau yang ikhlas di antara mereka." (Al-Hijr: 40)
Selengkapnya baca di surah Al Hijr ayat 28-44.
Disebutkan pula di surat yg lain,
قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لأغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ. إِلا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ.
Iblis menjawab, "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang ikhlas di antara mereka.” (QS. Shaad: 82-83)
Selengkapnya baca di surah Shaad ayat 71-85.
Lafazh المخلصين dalam ayat di atas ada yg membacanya Mukhlashiin (memfathahkan lam) sebagaimana mayoritas kita di negeri ini, ada yg membacanya Mukhlishiin (mengkasrahkan lam).
Masing2 dari dua bentuk qira'at tsb menunjukkan pada makna dan tingkatan yg berbeda, walaupun dlm bahasa kita sama2 kita artikan sebagai: orang2 yg ikhlas.
Mukhlashiin adalah orang2 yg Allah jadikan ikhlas pada dirinya dan dalam setiap amalnya untuk Allah semata.
Orang-orang yang Allah telah anugerahkan ikhlas melekat menjadi sifatnya dan menjadi sesuatu yg otomatis ada pada setiap amalnya. Di dalam Al Quran, kata Mukhlashiin disebutkan untuk mensifati ikhlasnya para Nabi dan Rasul. Di antaranya firmanNya tentang nabiyullah Yusuf 'alayhissalaam,
Orang-orang yang Allah telah anugerahkan ikhlas melekat menjadi sifatnya dan menjadi sesuatu yg otomatis ada pada setiap amalnya. Di dalam Al Quran, kata Mukhlashiin disebutkan untuk mensifati ikhlasnya para Nabi dan Rasul. Di antaranya firmanNya tentang nabiyullah Yusuf 'alayhissalaam,
ﺇِﻧَّﻪُ ﻣِﻦْ ﻋِﺒَﺎﺩِﻧَﺎ ﺍﻟْﻤُﺨْﻠَﺼِﻴﻦَ
"Sesungguhnya ia termasuk hamba2 Kami yg ikhlas (mukhlashiin)."
Maka ikhlasnya orang yg disebut Mukhlas adalah tingkatan ikhlas yg paling tinggi, ikhlashnya para Nabi dan Rasul yg Allah lah yg menjadikan ikhlas sbg sifat yg telah menyatu pada dirinya dan yg otomatis ada di setiap amal2nya. Dan mana ikhlas adalah kesempurnaan tauhid yg paling tinggi dan para Nabi dan Rasul 'alayhimush-shalaatu was salaam adalah orang2 yg paling sempurna tauhidnya di antara seluruh hamba2Nya.
Sedangkan Mukhlishiin adalah orang2 yg mengikhlaskan diri dan amal-amal nya untuk Allah semata. Orang yg Allah anugerahkan kemauan dan usaha untuk ikhlas dlm diri dan setiap amalnya kepada Allah semata.
Di sini ikhlash belum menjadi sifat tetap yg melekat dlm dirinya dan yg otomatis ada dlm setiap amalnya. Bukan orang yg tidak ikhlas atau belum ikhlas, bukan. Mukhlishiin orang2 yg ikhlas.
Hanya saja Mukhlisiin ini butuh usaha untuk ikhlas dan menjadi orang yg ikhlas di setiap amal2nya, tidak/belum sebagaimana Mukhlashin yg mana ikhlas sdh menjadi sifat yg tetap dan melekat padanya yg otomatis menyertai setiap amal2nya. Di dalam Al Quran kata Mukhlis ini Allah gunakan dalam ayatnya yg berupa perintah kepada seluruh manusia seperti firmanNya,
Di sini ikhlash belum menjadi sifat tetap yg melekat dlm dirinya dan yg otomatis ada dlm setiap amalnya. Bukan orang yg tidak ikhlas atau belum ikhlas, bukan. Mukhlishiin orang2 yg ikhlas.
Hanya saja Mukhlisiin ini butuh usaha untuk ikhlas dan menjadi orang yg ikhlas di setiap amal2nya, tidak/belum sebagaimana Mukhlashin yg mana ikhlas sdh menjadi sifat yg tetap dan melekat padanya yg otomatis menyertai setiap amal2nya. Di dalam Al Quran kata Mukhlis ini Allah gunakan dalam ayatnya yg berupa perintah kepada seluruh manusia seperti firmanNya,
ﻓَﺎﺩْﻋُﻮﺍ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻣُﺨْﻠِﺼِﻴﻦَ ﻟَﻪُ ﺍﻟﺪِّﻳﻦَ ﻭَﻟَﻮْ ﻛَﺮِﻩَ ﺍﻟْﻜَﺎﻓِﺮُﻭﻥَ
"Maka sembahlah Allah dengan ikhlas kepadaNya (mukhlishiina lahuddiin), meskipun orang-orang kafir tidak menyukainya."
Mukhlis adalah tingkatan ikhlasnya kebanyakan hamba2 Allah kaum muslimin, muwahidin kebanyakan, yg untuk ikhlas seringnya masih butuh usaha keras. Berbeda dgn tingkatan Mukhlashin yg ikhlas sdh menjadi sesuatu yg menyatu dgn dirinya yg otomatis akan menyertai setiap amal2nya.
Maka bisa disimpulkan, orang yg disebut Mukhlas sudah pasti dia orang yg Mukhlis secara muthlak, dan tidak setiap orang Mukhlis (yg mengikhlaskan amalnya) ia adalah orang Mukhlash (orang yg ikhlas sdh menjadi sifat yg menyatu dgn dirinya).
- Nah, jika kita merujuk kepada qira'at al-Mukhlashiin (memfathahkan lam) yg ini adalah qiraat penduduk Madinah dan Kuffah dan sebagian besar kaum muslimin termasuk kita di negeri ini membacanya demikian, maka orang2 yg Iblis dan para syetan bala tentaranya tidak berdaya untuk menggodanya adalah hamba2 Allah yg ikhlasnya adalah maqam Mukhlashiin, maqam ikhlasnya para Anbiyaa wal Mursaliin.
Tetapi apakah hanya para Nabi dan Rasul saja yg berhak memperoleh dan Allah anugerahi ikhlas di maqam Mukhlas ini?
- Tidak. Tetapi bagi siapa saja orang2 mukmin hamba2 Allah yg mau meraihnya berpeluang Allah jadikan orang yg Mukhlash. Kita tahu para Shiddiqiin dan sebagian wali2 Allah selainnya dari para ulamaa rabbani, para syuhadaa dan shalihiin telah Allah anugerahi ikhlasnya orang yg Mukhlash.
Hanya saja membutuhkan usaha yg keras karena ia bukan Nabi dan tidak mungkin menyamai maqam mukhlasnya para Nabi. Berusaha keras dgn menguatkan imannya, tauhidnya, muraqabahnya, pembersihan hatinya dari bermacam syubuhaat dan syahawaat, serta keterlatihan dan pembiasaan diri beramal shalih dgn usaha yg kuat terus menerus dgn penuh kesabaran disertai muhasabah, untuk selalu berusaha menjadi orang yg ikhlas dlm setiap amalnya, gerak dan diamnya.
Hingga Allah menganugerahkan ikhlasnya para mukhlashiin pada dirinya dgn rahmat dan hidayahNya. Artinya, untuk agar Allah sampaikan ke maqam Mukhlash, seseorang harus bersungguh2 dan selamat di maqam Mukhlish.
So, jangan pernah kita merasa aman dari godaan Iblis dan syetan, mengaku Muwahid yg seolah telah Allah jamin keselamatannya, selama tingkatan kita untuk menjadi orang Mukhlis saja masih sangat banyak cacat dan tak selamatnya. Bukan berarti Mukhlishiin tidak Allah jaga dari godaan syetan secara mutlak. Allah jaga, hanya saja berbeda tingkat penjagaan dan keamanannya antara Mukhlishiin dgn Mukhlashiin.
Definisi ikhlas, telah banyak perkataan para ulamaa tentangnya. Salah satunya Al Fudhail bin 'Iyadh rahimahullah beliau berkata, “Meninggalkan amal karena manusia adalah riya’. Dan beramal karena manusia adalah syirik. Dan ikhlas ialah, apabila Allah menyelamatkan kamu dari keduanya.”
Maka kita mohon kepada Allah agar diberikan keikhlasan dan diselamatkan dari hal2 yg merusaknya; dari syirik dan riya', dari senang sanjungan dan pujian manusia daripada pahala dan pujian dari Allah Ta'aalaa.
Menjadi Mukhlishiin saja adalah anugerah Allah yg sangat besar,,, apalagi jika Allah taqdirkan menjadi Mukhlashiin... Maka jaga anugerah besar ini dari hal2 yg merusaknya, dan tingkatkan kualitasnya.
Dan inilah shahabat 'Umar bin Khaththab radhiyallaahu 'anhu, Al-Faruq Al-Mukhlash, orang yg syetan menyingkir mencari jalan lain saat Umar melalui sebuah jalan, inilah do'a yg sering beliau panjatkan agar Allah jadikan orang yg ikhlas:
ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺍﺟﻌﻞ ﻋﻤﻠﻲ ﻛﻠﻬﺎ ﺻﺎﻟﺤﺎ, ﻭﺍﺟﻌﻠﻪ ﻟﻮﺟﻬﻚ ﺧﺎﻟﺼﺎ, ﻭ ﻻ ﺗﺠﻌﻞ ﻷﺣﺪ ﻓﻴﻪ ﺷﻴﺌﺎ.
“Ya Allah, jadikanlah seluruh amalku sebagai amal yg shalih, dan jadikanlah amal2ku ikhlas karena mengharap wajahMu, dan janganlah jadikan di dalam amalku bagian untuk siapapun (pamrih dari siapapun selainMu).”